Jumat, 23 April 2010

Dewi Malam, Terima Kasih

Dimalam yang mendung itu Ranya Kane duduk termenung di jendela tanpa trail besi. Ia menikmati setiap kedipan bintang-bintang yang samar dan dapat dihitung dengan jari. Malam itu, dia menunggu janji sang dewi malam, untuk mengajaknya mengunjungi sang bulan yang sedang sakit parah. Dikenakannya baju putih bersuh, dan liontin bertahtakan cahaya yang selalu kemilau berbentuk bulan.
Wuuush..
Angin berhembus dengan kencangnya. Malam semakin larut dan rintik-rintik hujan mulai berjatuhan membasahi wajah bumi ini. Kegelisahan menghampiri pikiran Ranya.
“Ada apa dengan Dewi Malam? Mengapa kau tak kunjung datang?” Bisiknya dalam hati.
Wajah mungilnya yang tadinya pitih merona, tamapak merak kau kedinginan. Dia sesekali bersin, dan menguap karena mengantuk. Tanpa disadari Ranya tertidur di ambang jendela kamarnya.
Papa Ranya yang melihat kamar anaknya masih terang dengan lampu, mendatangi kamar Ranya. Dia kaget, anaknya tertidur di ambang jendela. Dia sendiri berpikir, pasti Ranya merindukan Mamanya yang sebulan yang lalu meninggalkan Ranya dan Dia selamanya. Dibopongnya Ranya menuju kasurnya, dan menutup jendela kamar Ranya.
Malam berikutnya, ia tetap masih menunggu hingga larut malam. Namun, malam ini Ranya begitu sedih. Dia marah dengan Dewi Malam karena tidak menepati janjinya. Ranya menangis diambang jendela. Sekelebat dalam pikirannya, dia teringat dulu saat mamanya masih hidup dia sering bernyanyi didekat jendela bersama mamanya. Hatinya semakin sedih. Hancur dirasa dalam penaknya. Hingga akhirnya, ia putuskan untuk menulis sebuah cerita, di buku harian yang pernah dihadiahkan oleh mamanya saat ia ulang tahun yang ke -7. Disitu ia luapkan perasaannya malam itu, dengan menitikkan air mata. Sesekali dia ingin menghentikan tulisannya dan berteriak sekuat tenaga, untuk melegakan pikirannya.

Ranya menangis dengan begitu pilu. Lemas rasanya seluruh badan Ranya. Hingga akhirnya ia terbenam dalam tidurnya.
Didalam tidurnya yang lelap, Ranya bermimpi bertemu mamanya memakai gaun putih yang indah sedang duduk ditaman penuh dengan kupu-kupu indah berterbangan. Ranya mendekati mamanya, dan memeluk erat sambil menangis dipelukan mamanya. Ranya menyatakan begitu rindunya pada mamanya itu.
Ranya bercerita bahwa Dewi Malam telah membohongi dirinya. Dewi Malam Akan mengajaknya untuk menjenguk Sang Bulan yang sedang sakit parah. Mamanya dengan lembut dan begitu menyentuh menyampaikan permintaan maaf Dewi Malam yang tak jadi menemui Ranya. Mamanya berkata bahwa Dewi Malam sedang membantu Sang Bulan untuk kembali bersinar menerangi malam-malam Ranya. Kemudian Mama Ranya mengajak Ranya kesuatu tempat. Disitu Ranya bisa melihat wajah bumi. Ranya melihat begitu banyak sekali bintang ditempat itu. Ia bertanya pada mamanya,
“Mama, tempat apa ini? Mengapa Bintangnya begitu banyak sekali?”
Mamanya menjawab, bahwa Ranya sekarang masih berada di nirwana bersama mamanya, namun bisa melihat bumi dengan jelas.
Ranya diam tertegun menikmati suasan malam itu. Tiba-tiba Ranya melihat cahaya kuning yang indah dan besar. Liontin yang dikenakannya bersinar memantulkan cahaya dari benda itu. Dan ternyata, itu adalah Sang Bulan. Sang bulan telah sembuh kembali. Betapa senangnya hati Ranya pada malam itu.
Dewi Malam datang menemui Ranya saat itu juga. Ranya menyampaikan terima kasih pada Dewi Malam yang telah membantu menyembuhkan sang Bulan. Ranya juga meminta maaf kepada Dewi Malam karena Ranya sempat marah kepadanya.
Ranya bangun seketika itu juga dari tidurnya. Ia menuju jendela kamanya. Betapa banyak sekali bintang-bintang pada malam itu. Ia melihat Sang Bulan tersenyum padanya.
“Dewi Malam, terima kasih.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar