Jumat, 23 April 2010

Kehilangan

Indahnya mentari senja di sore itu menemani langkahku yang lelah dari sekolah. Di hari yang cerah itu aku baru saja mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tercinta. Berjalan melewati tengah sawah yang begitu indah, membuat segala rasa penat di hati hilang tercurah. Hanya ada perasaan damai dan tenteram di raga ini.
Tiba-tiba saja hp di saku celanaku bergetar. Kurogohkan tangan kananku ke dalam saku, bermaksud melihatnya. Perlahan-lahan sambil berjalan santai, kubaca sms yang baru saja kuterima tersebut. Tak diduga, ternyata itu adalah sms dari ketua kelasku, dan ternyata isinya adalah pemberitahuan bahwa tugas cerpen bahasa Indonesia harus dikumpulkan keesokan harinya. Hatiku langsung berdebar tak karuan. Bagaimana tidak. Rancangannya saja belumlah selesai kubuat. Apalagi tugas tersebut harus dikumpulkan dalam keadaan sudah tercetak rapi di kertas HVS A4. Langkah santaiku berubah dalam sekejap. Dengan segera kupercepat langkahku tuk segera menuju ke rumahku.
Pikiran semkin jadi tak tenang, karena tugas itu bukanlah merupakan tugas yang tak penting. Melainkan tugas yang menyangkut nasibku dan teman teman seperguruanku
Sesampainya di rumah, ku langsung menuju kamarku, bermaksud mencari rancangan cerpen yang tlah kubuat setengahnya. Rak buku adalah sasaran utamaku. Dengan segera kuletakkan tas dan semua barang bawaanku. Mulailah kuacak-acak rak bukuku yang tlah tertata rapi. Kucari dan kucari, tapi ku tak kunjung kutemui. Di manakah engkau, cerpenku yang tersayang? Rasa tenang di pikiran seakan menghilang. Hampir semua buku kubuka untuk mencarinya. Tapi semua itu terasa tak ada hasilnya. Ku masih belum menemukannya. Dengan perasaan sedikit kesal dan tergesa-gesa, kubuka resleting tasku. Kukeluarkan semua isi di dalamnya. Tapi malangnya, ku masih belum menemukannya. Kepalaku serasa mau meledak layaknya bom nuklir yang mengguncang Hiroshima dan Nagaski. Betapa khawatirnya diriku. Tugas yang harus kuselesaikan hari itu, malah hilang entah ke mana.
Di saatku hampir putus asa, kubuka tempat pensilku. Dan alangkah gembiranya diriku karena ternyata tugas yang selama ini kucari cari, terlipat rapi di dalamnya. Perasaan tak tenang berangsur-angsur hilang. Dalam sekejap hatiku berubah begitu tenteram. Sedih susah, sirna sudah. Dan akhirnya, ku berhasil menemukan isi yang tepat untuk tugas yang belum selesai tersebut. Yaitu, hilangnya cerpen bahasa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar